Allohu Akbar….Allohu Akbar…. Allohu Akbar”. Itulah sekiranya pekikan yang di gaungkan bung Tomo tanggal 10 November 1945, disela-sela pidato penyemangatnya di radio RRI Surabaya yang mampu memecut semangat arek-arek suroboyo untuk menyambut serangan dari Sekutu yang membonceng tentara belanda. Peperangan yang disebabkan tewasnya jendral Malaby dari sekutu laknatulloh alaih dimana tidak pernah ada jendral sekutu di perang dunia II saat itu yang terbunuh, melainkan di bumi nusantara. Kisah heroik yang harusnya menjadi pembelajaran yang penting bagi pemuda-pemuda Islam yang sekarang lebih sibuk dengan dugem, happy hour, Narsis dan lain sebagainya.
Di detik-detik Romadhon yang terus berdenting. Berapa banyak manusia terutama pemuda yang menyisihkan waktu hidupnya untuk ikhlas berjuang untuk orang lain. Mungkin, kita hanya mampu melihatnya di layar kaca itupun karena ada pujian dan hadiah yang diberikan oleh stasiun TV atau sponsor acara tersebut. Sejatinya, kita sebagai anak bangsa harus mampu bekerja produktif dengan ikhlas sebagai pondasi dasar perjuangan di pelbagai kehidupannya.
Slogan yang di lontarkan bung Karno sebagai founding father kita yaitu “JAS MERAH” (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) merupakan ungkapan yang tepat bagi merevolusi gaya berfikir pemuda Indonesia saat ini. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah bangsanya sendiri. Islam pun mengajarkan demikian, yaitu perjuangan/ jihad dimana Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma mengartikannya: “ mencurahkan kemampuan karena yakin pada Allah serta tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela.” . Karenanya, perjuangan indonesia bukanlah hal yang biasa tapi hal yang luar biasa karena merupakan kristalisasi dari perjuangan para ulama dan kaum muslimin Indonesia.
Puncak perjuangan Muslim Indonesia dalam upaya kemerdekaan Indonesia ternyata sangatlah nyata yaitu pada saat detik-detik proklamasi. Mungkin kita hanya mendengar tentang desakan para pemuda yang menculik sukarno ke rengasdengklok agar menyegerakan proklamasi kemerdekaan dari buku-buku sejarah di sekolah. Tapi sesungguhnya, sukarno tetap tidak berani. Dikarenakan di dorong oleh K.H Hasyim Asy’ari lah akhirnya Sukarno mau memproklamasikan Negara Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 M atau bertepatan dengan 19 Romadhon 1364 H. Jelaslah sudah bahwa tepat yang disampaikan jika Romadhon adalah Syahrul Jihad/ Bulan perjuangan. Dan sebagai balas jasa kaum muslimin, Sukarno kemudian membangun Masjid Syuhada Di Jogjakarta. Dan sebagai tambahan bahwa pemimpin tentara PETA dari 68 batalyon pada saat itu, bukan hanya terdiri dari perwira melainkan para Ulama.
Jadi, Dimanakah anda wahai pemuda Islam. Jika sejarah telah menorehkan tinta kecemerlangan Kemerdekaan Negara kita, apa yang kalian tunggu untuk membangun bangsa ini menuju keperbaikan yang nyata. Bukan hanya fisik dan intelektual yang akan anda susun tapi membangun peradaban bangsa dengan memulai membangun ruhiyah kalian dengan bersemangat dalam berislam tiap-tiap sendi kehidupan. Karena ini akan mengantarkan kita menjadi bangsa yang besar, yang masyarakatnya mencintai Alloh dan Alllohpun mencintai mereka.
فَلاَ تُطِعِ الْكاَفِرِيْنَ وَجاَهِدْهُمْ بِهِ جِهاَداً كَبِيْراًً
“Maka janganlah kamu mengikuti orang2 kafir dan berjihadlah terhadap mereka dgn Al-Qur’an dgn jihad yg besar.”
oleh : Muhammad Haden Aulia Husein
Rumah Zakat-
www.rumahzakat.org
0 komentar:
Posting Komentar