Burhanuddin Muhtadi
(inilah.com)
(inilah.com)
Menurut peneliti senior LSI yang juga penulis tesis ‘PKS dan Gerakan Sosial’ Burhanudin Muhtadi, sulit bagi PKS meniru sukses AKP di Turki. Menurut dia, sosio politik menjadi faktor mengapa PKS bakal sulit meniru sukses AKP di Turki.
“Buat saya PKS sulit untuk meniru AKP Turki karena perbedaan karakter antara Indonesia dan Turki,” cetusnya kepada R Ferdian Andi R dari INILAH.COM melalui saluran telepon di Jakarta, Senin (21/6). Berikut wawancara lengkapnya:
Rencana PKS menjadi partai terbuka disebut-sebut sebagai upaya meniru sukses AKP di Turkey. Mungkinkah PKS meniru sukses AKP di Turkey?
AKP mengalami kesuksesan setelah mereka mengurangi Islamisme. Saat menjadi pememang Pemilu, AKP lebih banyak mengeksplorasi dua isu yakni ekonomi serta integrasi warga Turki dengan Uni Eropa.
Isu ini cukup populis, karena setidaknya dengan membawa Turki ke Uni Eropa memiliki hak untuk mengintervensi jika militer melakukan kudeta terhadap AKP.
Bagaimana dengan PKS di Tanah Air?
Nah, dua isu itu agak sulit oleh PKS, karena PKS hingga saat ini belum berkuasa. Dari sisi manapun, PKS belum berhasul menjual citra seperti soal ekonomi. Masyarakat melihat PKS teralu berkutat pada isu agama.
Kalau kita membuat spektrum idoelogi partai, seperti dalam survei LSI September 2009 dan Februari 2010, sebagaian besar menilai PKS paling Islami, sementara PDIP pancasilais. Artinya, secara umum publik belum melihat, sodoran alternatif dalam soal ekonomi oleh PKS. Padahal masalah ekonomi menjadi deferensiasi AKP dengan partai lainnya.
Lalu, bagaimana dengan wacana PKS menjadi partai terbuka, moderat, dan modern?
Terus terang dalam isu keterbukaan, PKSboleh dibilang cerdas karena menyasar dua hal. Pertama, karena ceruk pasar pemilih yang sebagian besar berdomisili di tengah (moderat), yang ektrem kanan dan ekstrem kiri jumlahnya kecil.
Kedua, menjadi partai terbuka sebagai upaya perubahan citra untuk meningkatkan mobilisasi finansial. Selama ini PKS mengalami kesulitan mencari sumber dana finansial, karena citranya menjadi menyempit.
Apalagi, sebagian besar konglomerat itu nasionalis dan berasal dari etnis China. Sebagian besar pengusaha yang menyumbang Partai Demokrat, PDIP dan partai nasionalis lainnya menginginkan keberlangsungan NKRI. Nah PKS selama ini berkutat pada konservatisme maka akan kesulitan dari sisi finansial.
Bagaimana kalau ditinjau dari sosiopolitik antara AKP Turkey dengan PKS di Indonesia apakah memungkinkan PKS copy paste sukses AKP?
Memang ada perbedaan karakter pemilih, Kalau di Indonesia PKS berhadapan langsung dengan ormas Islam NU dan Muhammadiyah. Ini sesuatu yang tidak ditemukan di Turki. Di Turki rezim terlalu represif pada aktualisasi ke-Islaman, masyarakat muak dengan rezim sekuler. Berbeda dengan Indonesia tentang ekspsresi keagamaan yang diapresiasi seperti memakai jilbab, merayakan hari besar Islam dan lain-lain. Rezim sekuler yang terlalu represif menimbulkan kemuakan kelompok Islam.
Kedua, warga NU dan Muhammadiyah memiliki resistensi yang cukup kuat terhadap PKS. Khusus Muhammadiyah, terjadi resistensi di kalangan elit. Sedangkan di NU elit dan warga NU karena ada kekhawatiran paham PKS wahabi yang dianggap memiliki penetrasi negatif terhadap paham Ahlusunnah Waljamaah. Buat saya PKS sulit untuk meniru AKP Turki karena perbedaan karakter seperti ini. [mdr]
0 komentar:
Posting Komentar