Tembok pemisah yang dibangun oleh rezim rasis Zionis Israel - yang dibangun untuk membatasi dan membagi wilayah untuk penduduk Yahudi dan Palestina - telah bertambah fungsinya selama pesta Piala Dunia 2010 Afrika Selatan.
Dalam beberapa hari terakhir, tembok yang memisahkan kota ini Betlehemn di Tepi Barat dekat Yerusalem telah menjadi tempat kerumunan warga internasional, di mana orang-orang berkumpul bersama-sama untuk menonton pertandingan Piala Dunia.
Pemilik restoran lokal dan juga penggemar sepak bola Yusuf Hasboun telah menembakkan layar proyektor setiap pertandingan malam Piala Dunia ke dinding yang menghadap ke restorannya, Bahama Sea Food Restaurant, yang berlokasi hanya beberapa ratus meter dari pos pemeriksaan utama kota.
Israel membangun pembatas di sepanjang Tepi Barat untuk mencegah penyerang Palestina, termasuk pembom 'bunuh diri'. Sebelumnya, beberapa pengebom dari Betlehem telah meledakkan diri di Yerusalem.
Warga Palestina telah lama mengeluhkan adanya tembok pemisah yang menonjol ke Tepi Barat itu, dan di sini di Betlehem, dinding beton setinggi 30-kaki tersebut telah menjadi dan berfungsi lain bagi warga kota, khususnya selama Piala dunia.
Selama satu bulan, selama turnamen sepak bola, warga Palestina menggunakan dan memanfaatkan dinding itu dengan baik.
Pada hari Ahad kemarin (13/6) di malam yang dingin, warga Jerman, Austria, Amerika dan Palestina lokal berkumpul di meja luar ruangan restoran untuk menyaksikan kesebelasan Jerman mengalahkan Australia 4-0.
"Acara ini memungkinkan Anda lupa untuk beberapa saat tentang realitas Palestina yang keras," kata Michael Exeler, 61 tahun seorang pekerja Jerman yang tinggal di Yerusalem. "Ini yang terbaik yang dapat Anda lakukan."
Ini bukan pertama kalinya bagi Hasboun, pemilik restoran telah memanfaatkan dinding, yang berada tepat di seberang jalan dari restorannya, dan memonopoli pemandangan dari jendela. Ketika ia memutuskan untuk membuka kembali restoran keluarganya dua tahun lalu, ia menggunakan kanvas untuk melukis dinding semen itu dengan lukisan yang besar-yang menggambarkan kehidupan rakyat Palestina dalam bahasa Inggris dan Arab.
"Tembok pemisah itu adalah hal yang sangat negatif, jadi kami berusaha untuk bisa melakukan sesuatu yang positif dengan tembok itu, " kata Hasboun. "Tujuan saya adalah untuk membawa semua orang bersama-sama berkumpul. Ini baik untuk bisnis, dan bagus untuk Betlehem."
Betlehem merupakan pusat ekonomi dan pariwisata, namun sejak tahun kekerasan Timur Tengah kota ini telah mengalami depresi ekonomi. Bahkan di saat terbaik, kota ini tidak dikenal karena kehidupan malamnya.
Namun Piala Dunia telah merubah semua itu, setidaknya untuk saat ini. Hasboun mengatakan restorannya sengaja dibuka agak terlambat untuk mengakomodasi pertandingan sepak bola piala dunia yang biasanya berlangsung malam hari waktu setempat.
Warga berharap meskipun setelah Piala Dunia berakhir, 'bioskop' larut malam akan tetap diadakan.
"Ini ide baru di Betlehem," kata Raneem Hosh, (25 tahun), seorang penduduk lokal Betlehem yang datang untuk menonton pertandingan bola setiap malam. "Saya datang ke sini untuk suasananya. Mungkin kita bisa menggunakannya sebagai bioskop setelah piala dunia berakhir," katanya menambahkan.(fq/aby) eramuslim
0 komentar:
Posting Komentar