Koran al-Safir terbitan Lebanon memperingatkan eskalasi berbagai upaya dan tujuan terselubung Amerika Serikat dalam menggelar Konferensi Keamanan Nuklir. Koran ini juga menyebut Amerika Serikat tengah berupaya mengalihkan friksi dan isu nuklir dari Barat ke dunia Islam.
Dalam laporannya, koran al-Safir mengkritik pemerintah Amerika, dan pelaksanaan konferensi keamanan nuklir dan menilai upaya Presiden Amerika Barack Obama mendekatkan Amerika dengan negara-negara adidaya untuk menghancurkan senjata nuklir, sebagai mimpi belaka.
Perspektif Obama terkait keamanan nuklir Amerika dinilai "terlalu idealis" mengingat sebagian besar politik dan upaya Obama selama ini bertujuan politik dan tidak ada kaitannya dengan etika dan prinsip-prinsipnya.
Koran terbesar di Lebanon ini juga menuding Amerika Serikat berupaya mengadu dunia dengan dunia Islam dan menciptakan istilah baru "bahaya nuklir Islam" serta dunia diimbau untuk bersatu menghadapi ancaman tersebut.
Konferensi di Amerika itu digelar berlandaskan ide yang menyebar luas di Negeri Paman Sam itu yang intinya adalah bahwa al-Qaeda sudah selama 15 tahun berusaha memiliki senjata nuklir untuk digunakan terhadap Amerika Serikat dan kota-kota besar di Barat.
Bahaya ini mengingatkan benak manusia pada tragedi anti-kemanusiaan yang dilakukan Amerika Serikat dengan menjatuhkan dua bom atom ke kota Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.
Konferensi tersebut juga mengandung pesan implisit bahwa ancaman yang sama juga muncul dalam upaya Republik Islam Iran menggapai senjata destruksi massal.
Sementara itu, ketidakhadiran Pakistan dan Israel sebagai dua sekutu Amerika Serikat juga mengundang tanda tanya. Bukan sekedar asumsi, kedua negara tersebut merupakan ancaman keamanan nuklir terbesar di dunia. Semua pihak mengetahui bahwa senjata nuklir Pakistan berpotensi jatuh ke tangan kelompok teroris, sementara Israel telah mengancam akan menggunakan senjata nuklirnya dalam perang mendatang.
Penandatanganan kesepakatan START II dengan Rusia dan pelaksanaan konferensi keamanan nuklir, tidak lain adalah upaya Amerika Serikat untuk mendongkrak citranya di kancah internasional. Yang pasti, Amerika Serikat tidak mampu memberikan bukti bahwa al-Qaeda berupaya memiliki senjata nuklir atau Republik Islam Iran berusaha memproduksinya. Begitu juga Obama tidak mungkin dapat meyakinkan para peserta konferensi terkait senjata nuklir Pakistan dan Israel.
Koran Lebanon itu di akhir laporannya menulis, "Mungkin sisi terburuk konferensi keamanan nuklir di Amerika adalah bahwa Washington berupaya menciptakan bahaya-bahaya fiktif untuk disesuaikan dengan politiknya dan juga mengalihkan friksi nuklir dari Eropa dan Barat ke wilayah Arab dan negara-negara Islam." (ir/mj)
Perspektif Obama terkait keamanan nuklir Amerika dinilai "terlalu idealis" mengingat sebagian besar politik dan upaya Obama selama ini bertujuan politik dan tidak ada kaitannya dengan etika dan prinsip-prinsipnya.
Koran terbesar di Lebanon ini juga menuding Amerika Serikat berupaya mengadu dunia dengan dunia Islam dan menciptakan istilah baru "bahaya nuklir Islam" serta dunia diimbau untuk bersatu menghadapi ancaman tersebut.
Konferensi di Amerika itu digelar berlandaskan ide yang menyebar luas di Negeri Paman Sam itu yang intinya adalah bahwa al-Qaeda sudah selama 15 tahun berusaha memiliki senjata nuklir untuk digunakan terhadap Amerika Serikat dan kota-kota besar di Barat.
Bahaya ini mengingatkan benak manusia pada tragedi anti-kemanusiaan yang dilakukan Amerika Serikat dengan menjatuhkan dua bom atom ke kota Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.
Konferensi tersebut juga mengandung pesan implisit bahwa ancaman yang sama juga muncul dalam upaya Republik Islam Iran menggapai senjata destruksi massal.
Sementara itu, ketidakhadiran Pakistan dan Israel sebagai dua sekutu Amerika Serikat juga mengundang tanda tanya. Bukan sekedar asumsi, kedua negara tersebut merupakan ancaman keamanan nuklir terbesar di dunia. Semua pihak mengetahui bahwa senjata nuklir Pakistan berpotensi jatuh ke tangan kelompok teroris, sementara Israel telah mengancam akan menggunakan senjata nuklirnya dalam perang mendatang.
Penandatanganan kesepakatan START II dengan Rusia dan pelaksanaan konferensi keamanan nuklir, tidak lain adalah upaya Amerika Serikat untuk mendongkrak citranya di kancah internasional. Yang pasti, Amerika Serikat tidak mampu memberikan bukti bahwa al-Qaeda berupaya memiliki senjata nuklir atau Republik Islam Iran berusaha memproduksinya. Begitu juga Obama tidak mungkin dapat meyakinkan para peserta konferensi terkait senjata nuklir Pakistan dan Israel.
Koran Lebanon itu di akhir laporannya menulis, "Mungkin sisi terburuk konferensi keamanan nuklir di Amerika adalah bahwa Washington berupaya menciptakan bahaya-bahaya fiktif untuk disesuaikan dengan politiknya dan juga mengalihkan friksi nuklir dari Eropa dan Barat ke wilayah Arab dan negara-negara Islam." (ir/mj)
0 komentar:
Posting Komentar