Home » » Terorisme, Adu Domba ala Amerika

Terorisme, Adu Domba ala Amerika

Written By Administrator on Kamis, 11 Maret 2010 | 18.53

Image
Oleh: Achmad Michdan (Dewan Pembina Tim Pengacara Muslim)
Kita semua sepakat, tindakan teror atau membuat suasana yang menakutkan dengan merusak fasilitas umum dan membunuh nyawa orang yang tidak bersalah adalah tindakan zalim dan tidak boleh dibiarkan.
Namun bila kita cermati secara seksama dengan mendalam dan menyeluruh,  Perang Melawan Teroris (war on terrorism/WOT) yang dikampanyekan Amerika dan sekutunya adalah perang terhadap Islam dan umat Islam.
Lihat saja, bila pelakunya non Islam maka mereka dianggap kriminal biasa bahkan ada yang tidak ditangkap. Bila pelakunya orang Islam maka dicap sebagai teroris. Kemudian menstigma jihad dengan tindak teroris. Padahal jihad merupakan ibadah suci, memiliki niat, rukun dan syaratnya yang jelas sehingga berbeda dengan teror.
Islam bahkan tidak menoleransikan tindak terorisme. Siapa saja yang telah terbukti di pengadilan bahwa seseorang itu telah menebar teror  maka akan dihukum mati dengan cara disalib, dipotong salah satu tangan, dan salah satu kakinya secara menyilang.
Hukum Islam ini sudah ada dan berlaku sejak 1400 tahun lalu, sebelum Amerika menyatakan WOT. Jadi sebenarnya Islam pun membenci dan memusuhi tindak teroris! Islam pun sama sekali tidak berstandar ganda seperti Amerika. Namun sayang, Indonesia yang berpenduduk Muslim terbesar sedunia ini, alih-alih mengikuti ajaran Islam malah termakan propaganda Amerika.
Amerika memaksa Indonesia menangkap Amrozi cs, dan dihukum mati karena telah membom Bali. Kemudian memaksa Indonesia mengadopsi WOT ala Amerika itu. Padahal Bom Bali I dan pembantaian kaum Muslim di Ambon sama-sama terjadi sebelum Presiden mengeluarkan Kepres tentang Teroris. Tapi mengapa Tibo cs  tidak dicap sebagai teroris dan 12 orang lainnya yang disebut Tibo tidak diburu? Tetapi Amrozi cs disebut teroris dan siapa pun nama yang disebutnya terus diburu?

Melanggar Hukum
Di dalam hukum baik hukum Islam maupun hukum positif yang berhak mengadili adalah hakim dalam  pengadilan. Jadi hak orang yang dituduh sebagai teroris itu harus tetap dilindungi. Artinya, aparat harus tetap menjunjung tinggi hak praduga tidak bersalah yang menyangkut peraturan-peraturan hukum.
Namun bila kita saksikan dengan mata telanjang di televisi, mereka yang dituduh sebagai gembong teroris diburu sedemikian rupa, dibombardir, sehingga tidak ada transparansi upaya-upaya maksimal bagaimana supaya dapat ditangkap hidup-hidup. Seperti meledakkan gas air mata, misalnya, itu sama sekali tidak dilakukan.
Seolah-olah targetnya memang harus ditangkap mati. Kalau seperti itu kan sayang. Kita menjadi tidak mendapatkan fakta yang sebenarnya. Seperti, siapa dalangnya? Adakah yang menungganginya? Inilah yang harus diungkap.
Mereka yang ditangkap hidup-hidup pun tidak mendapatkan haknya untuk memilih penasihat hukum. Terdakwa pun dianiaya saat interograsi. Padahal di dalam interogasi terdakwa memiliki hak untuk mengingkari apa yang dituduhkan.
Di samping aparat, media massa pun turut menjadi 'hakim'. Televisi terus menyiarkan penggerebekan Temanggung, Jebres, dan Ciputat berulang-ulang dan membesar-besarkan ciri-ciri umum umat Islam seperti berjenggot, bersorban, berdakwah dan lain sebagainya.
Sehingga kaum Muslim pun satu sama lain jadi saling curiga.
Tapi media seakan lupa dan hanya sekali saja mengungkap bahwa penyandang dana, yang dalam foto duduk di sebelah paling kiri foto Syaifuddin Zuhri adalah Ali Muhammad yang disebut-sebut sebagai agen intelijen Amerika, CIA.
Begitu juga dalam kasus Ambon dan Poso ada Abdul Haris yang saat itu masih aktif di Badan Intelijen Nasional. Ada juga Umar Faruk, agen CIA. Ketiganya disebut terkait dengan pendanaan teroris. Mengapa media tidak memberitakan itu berulang-ulang? Sehingga masyarakat pun tahu keterlibatan institusi yang menjadi gurunya Densus 88 itu.
Jadi masyarakat pun mengerti, Amerika tidak hanya mendanai Densus. Lewat badan intelijennya alih-alih melakukan tindak pencegahan, malah mendorong terjadinya aksi terorisme. Kalau begitu sebenarnya kita, baik aparat maupun rakyat, telah diadudomba dan diperalat oleh pihak yang tidak rela melihat kaum Muslim bersatu bangkit melawan penjajahan Amerika.[] mediaumat.com
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Islam Ku-Cinta - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger